Pentingnya Pujian Dari Orang Lain
- Friends Du Jour
- Oct 26, 2016
- 5 min read

Kalian mungkin bingung apa hubungan gambar semangkuk mie dengan pujian. Sebagian mungkin berpikir bahwa saya akan membahas pujian dan kepercayaan konsumen pada salah satu produk mie instan saat melihat dan membuka artikel ini. Baik, bukan itu yang akan saya bahas.
Apa yang terlintas dalam pikiran kalian ketika mendengar kata mie instan? Saya mencoba menebak bahwa hampir 95% langsung mengingat merek mie instan yang paling sering dikonsumsi di indonesia. Sisanya mungkin akan berpikir tentang makanan yang tidak sehat karena mengandung Monosodium glutamate (MSG). Sebagai pengonsumsi mie instan, saya akan langsung bereaksi sama dengan 95% orang tadi, namun nama produk mie instan yang melintas dalam kepala saya muncul bersamaan dengan kata pujian dan memori yang membawa saya ke masa ketika saya berusia 6 tahun.
Pada malam itu, saya dan keluarga berencana untuk memasak mie rebus. Dengan gembira, saya yang masih berusia 6 tahun menawarkan diri untuk membantu memasak. Hasilnya, mie rebus yang saya masak begitu lembek dan sudah tidak enak lagi untuk dimakan. Saya dapat melihat raut wajah kecewa dari para anggota keluarga saat menyantap mie yang saya masak. Kalian mungkin dapat membayangkan perasaan seorang anak usia 6 tahun yang tadinya dengan senang hati berusaha membantu namun malah menerima reaksi yang berlawanan atas jerih payah yang ia lakukan. Tentu saja, saya sangat sedih dan tetap melanjutkan makan sambil menahan air mata. Tiba-tiba, ayah saya berpura-pura sangat menikmati mie yang saya masak dan mengatakan "hmmm, enak ya...sudah lama ayah tidak makan mie yang lunak seperti ini". Saya tahu pujian yang dilontarkan oleh ayah saya pada saat itu didasari oleh 4 hal. Pertama, ia mengambil perannya sebagai orang tua yang sedang mendidik anaknya untuk selalu menghargai orang lain. Kedua, ia memberi reward kepada saya atas apa yang telah saya lakukan, walaupun mie yang saya masak gagal total. Ketiga, untuk menyelamatkan harga diri saya di hadapan anggota keluarga yang lain. Terakhir, yang menurut saya paling penting, yaitu untuk menjaga kepercayaan saya terhadap diri saya sendiri.

Pengalaman pada malam itu selamanya melekat dalam ingatan saya. Saya benar-benar merasakan pentingnya pujian dari orang lain. Mengapa pujian dari orang lain begitu penting? karena hal tersebut membuat kita percaya diri, tidak memandang rendah diri sendiri, dan belajar menjadi orang yang lebih bertanggung jawab. Pujian dapat menjadi sebuah pengakuan atas hasil kerja seseorang yang menurut kita sangat luar biasa atau dapat juga sebagai bentuk apresiasi atas usaha seseorang. (Baca juga : Berilah Tip Seolah Kita yang Diberikan). Terlepas dari yang dilakukan oleh seseorang bagus atau masih kurang, ia berhak mendapat pujian. Orang yang memuji memberikan kepercayaannya kepada orang yang ia puji. Sebaliknya, orang yang menerima pujian menyandang kepercayaan tersebut di bahu mereka. Secara tidak langsung, ia memiliki tanggung jawab untuk berupaya agar kepercayaan itu tidak hilang.
Teladan yang diajarkan oleh ayah saya pada malam itu selalu saya coba terapkan ketika saya berinteraksi dengan orang lain. Saya beri mereka pujian meskipun terkadang apa yang mereka lakukan tidak sepenuhnya hebat, luar biasa, atau memukau saya. Setidaknya saya hanya ingin menghargai usaha mereka dan tidak membuat mereka kecewa, rendah diri, lalu berhenti mencoba. Secara tidak sadar, pujian dari orang lain membuat kita ingin terus berusaha meningkatkan kualitas diri kita. Itu juga yang dilakukan oleh para dosen saya di kelas Kemahiran Berbahasa Prancis ketika saya kuliah dulu. Mereka sering memuji dengan très bien! (baik sekali!). Pujian ini sering muncul khususnya di tahun pertama kuliah. Mahasiswa biasanya sangat senang ketika mendengar pujian tersebut padahal bahasa Prancis mereka saat itu masih sangat biasa dan jauh dari kata bagus. Semua itu dilakukan para dosen untuk membangun rasa percaya diri mahasiswa agar tetap terpacu untuk terus belajar dan mencoba.
Di dunia kerja juga tidak jauh berbeda. Pujian begitu memengaruhi performa karyawan. Beberapa dari kalian mungkin selalu diperintah oleh atasan ketika di kantor. Setelah kamu menyelesaikan perintahnya, ia hanya mengucapkan terima kasih saat melihat hasil usahamu. Sebenarnya hal tersebut memang sudah cukup, tetapi kita tentu akan lebih termotivasi ketika dipuji. Saya pernah memiliki atasan yang sering memberikan pujian kecil seperti "wah hebat sekali!, kerja yang bagus." kepada saya dan rekan kerja saya untuk hal-hal kecil yang kami lakukan, yang sebenarnya menurut kami biasa saja. Mungkin ia juga beranggapan bahwa apa yang kami lakukan biasa-biasa saja, tetapi ia memberikan credit lebih. Saya pribadi merasa lebih percaya diri dalam menyelesaikan pekerjaan dan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pujian dari atasan saya adalah bentuk kepercayaannya kepada saya yang harus saya jaga.
Apakah kalian pernah mengenal atau berinteraksi dengan orang yang jarang atau mungkin tidak pernah sekali pun memuji orang lain? Orang yang sepertinya berat sekali untuk sekadar mengatakan kamu hebat sekali!, saya bangga dengan kamu!, well done!, good job! atau great job! Menurut pandangan pribadi saya, orang-orang seperti ini adalah mereka yang jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali menerima pujian dari keluarga, teman, sahabat, serta orang-orang di sekelilingnya atas apa yang ia kerjakan. Pujian dapat menjadi sesuatu yang kita anggap sebagai kebaikan yang akan kita teruskan. Jika kalian pernah menonton Pay It Forward, kalian akan melihat alasan mengapa seseorang meneruskan kebaikan kepada orang lain. Semua berawal karena kita telah terlebih dahulu merasakan kebaikan tersebut. Orang yang tidak pernah memuji orang lain berat untuk melakukannya karena mereka belum pernah merasakan kebahagiaan saat dipuji, rasa terpacu ketika mengemban kepercayaan dari orang lain, dan keinginan agar orang lain merasakan apa yang telah ia rasakan.
Meskipun hanya sekadar satu atau dua kata, pujian adalah sebuah ucapan positif yang dapat sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh, pernahkah kalian mendengar kisah seekor kodok tuli yang terjatuh ke dalam sebuah sumur bersama dengan teman-temannya. Saat berada di dasar sumur, semua kodok berusaha terus melompat untuk naik dan menyelamatkan diri. Namun, kodok lain yang berada di atas terus berteriak dan meminta teman-temannya berhenti melompat dan menyakiti diri sendiri karena usaha mereka tidak akan berhasil. Satu per satu kodok akhirnya memutuskan untuk berhenti dan akhirnya mati di dalam sumur, yang tersisa hanyalah kodok tuli yang tetap berusaha melompat. Pada akhirnya, kodok tersebut berhasil naik dan selamat. Para kodok lain merasa heran dan bertanya pada ibu kodok yang tuli. Ibu kodok tersebut akhirnya menjelaskan bahwa anaknya tidak mampu mendengar apapun. Saat terjatuh ke sumur dan melihat kodok lain yang berteriak memerintahkan agar kodok yang jatuh berhenti melompat, kodok yang tuli berpikir bahwa saat itu teman-temannya sedang memberinya semangat untuk terus melompat naik sehingga ia pun terpacu untuk tetap berusaha agar berhasil keluar dari sumur. Dari kisah ini, kita dapat belajar bahwa sejatinya ucapan positif membuat naluri manusia cenderung berusaha lebih keras mencapai apa yang mereka inginkan.
Saya belajar untuk memuji orang lain dari pengalaman gagal memasak mie instan. Kalian tentu saja memiliki pengalaman yang berbeda. Coba ingat-ingat kembali kapan kalian pertama kali menerima pujian atau pujian mana yang paling berkesan dalam kehidupan kalian. Kemudian, gunakanlah pengalaman indah itu untuk membantu orang lain yang belum pernah mendapatkannya. Mulailah perhatikan siapa saja orang di sekitarmu yang jarang atau tidak pernah memuji orang lain, bangunlah rasa percaya dirinya dengan memberikan pujian kepadanya, dan buatlah ia menyadari pentingnya memberikan pujian pada orang lain.
Comments