Gunakanlah Nama Lawan Bicaramu dalam Percakapan
- Friends Du Jour
- Sep 25, 2016
- 4 min read

Sebagian besar orang yang saya temui atau yang berbicara dengan saya melalui chat, tidak memanggil nama saya selama percakapan. Dengan kata lain, banyak orang yang tidak menggunakan nama lawan bicaranya selama berkomunikasi. Entah tidak berani atau tidak terbiasa.
Pernahkah kamu mengontak seseorang melalui chat untuk menanyakan sesuatu, meminta bantuan, atau sekadar menyapa; dan orang itu masih tetap tidak menyapamu dengan namamu meskipun kamu sudah menyebutkan namanya selama percakapan?
Hal demikian bisa diartikan dua: orang tersebut tidak menganggapmu sebagai seseorang yang cukup penting atau ia bukan orang yang percaya diri. Jika saya berada di posisimu, tentu saja daripada menyalahkan sang lawan bicara, saya akan mencoba bercermin dan mengevaluasi diri. Namun kalau bisa berkomentar sebagai pihak ketiga yang netral, saya akan katakan kamu sudah melakukan pekerjaan yang bagus, dan ia tidak. Kalaupun ia dianggap orang penting dan kamu merasa dirimu tidak, seharusnya ia membuatmu merasa berharga. Orang-orang besar, para pemimpin, atau kepala negara sekalipun selalu membuat lawan bicaranya merasa penting dan terhormat dengan menanyakan, mengingat, dan senantiasa menggunakan nama lawan bicaranya secara baik dan benar; tidak peduli ia adalah mitra, atasan, bawahan, atau orang kecil sekalipun. Coba perhatikan pembawa acara yang dikenal cerdas dan lugas, Najwa Shihab. Ia selalu menggunakan nama tamu narasumbernya selama perbincangan berlangsung dengan sesekali menggunakan sapaan formal seperti “Bapak/Ibu”, “Anda”, atau “Saudara/i”. Tung Desem Waringin selalu menanyakan nama audiensnya terlebih dahulu sebelum menyapa dan mengajaknya berbicara. Orang-orang demikian tahu betul pentingnya sebuah nama dalam berkomunikasi.
Jika bukan soal menghargai keberadaan lawan bicara, seseorang cenderung tidak menggunakan nama lawan bicaranya karena tidak percaya diri. Rasa kurang percaya diri ini ada karena orang tersebut tidak berani untuk masuk ke dalam suatu ruang yang sama dengan lawan bicaranya saat mereka berdialog. Ketika menyebutkan nama satu sama lain, keberadaan semua pihak menjadi dihargai, komunikasi menjadi lebih efektif, dan percakapan menjadi lebih intim. Ketika kamu menyapa lawan bicaramu dengan namanya, kamu membawanya ke dalam atmosfer yang lebih karib; memberi dia penghargaan dan secara tidak langsung membuat dia harus memberimu juga penghargaan itu. Orang yang tidak menggunakan namamu tersebut tidak sanggup memasuki zona yang lebih intens ini karena segan dan kurang percaya diri berada dalam zona yang sama denganmu. Sama halnya, orang yang sering merasa lawan bicaranya “sok akrab” adalah orang yang tidak mampu membendung energi dan tarikan dari sang lawan bicara untuk masuk ke dalam suatu zona komunikasi yang sama. Alhasil, ia urung menyebutkan sepenggal nama sapaanmu. Kalaupun ia tidak terbiasa berlaku demikian, seharusnya ia menyadarinya ketika kamu sudah menyapanya beberapa kali dengan namanya dalam percakapan. Jika ia memang tidak sadar, dapat dikatakan ia memiliki alasan yang pertama di atas; yaitu tidak menganggapmu cukup penting.

Saya sering melakukan eksperimen iseng sehubungan dengan fitur pengingat hari ulang tahun teman di Facebook. Terkadang, saya coba memberi ucapan selamat ulang tahun dengan maupun tanpa disertai sapaan nama yang berulang tahun kepada “teman” Facebook yang tidak dikenal* dan yang dikenal namun tidak dekat (*saya memiliki banyak teman Facebook yang tidak dikenal akibat tindakan saya di masa lalu yang suka accept dan add orang dengan mudah hanya karena memiliki jumlah mutual friends tertentu). Hasilnya cukup menarik. Untuk ucapan yang tidak saya sapa dengan nama yang berulang tahun, balasan yang saya terima baik dari orang yang tidak dikenal maupun kenalan jauh hanya berupa “like” atau sepatah dua patah kata seperti “Thank youu”, “Thankss”, atau “Makasih yaa”. Saya sadar, terlepas dari apapun kata-katanya, banyak orang yang cenderung menggunakan suatu format yang sama dalam membalas ucapan, apalagi jika jumlahnya banyak. Meskipun demikian, saya tetap mau mencoba melihat reaksi yang saya terima. Sedikit berbeda, untuk ucapan yang saya sertakan sapaan nama yang bersangkutan, saya menerima balasan dengan perlakuan “lebih”. Dari orang yang saya tidak kenal, saya mendapatkan balasan kata-kata terima kasih seperti di atas dengan disertai emotikon senyuman dan ekspresi senang lainnya. Sementara dari orang yang saya kenal tetapi tidak cukup akrab, sebagian besar berterima kasih sambil menyapa nama saya! Ketika membaca tulisan “Jod”, “Djod”, atau “Djodi” di akhir kalimat, hati saya sedikit senang. Mungkin mereka juga merasakan hal yang kurang lebih sama saat saya menyapa mereka dengan namanya.
Lantas, apakah hal demikian terasa berbeda?
Tentu saja berbeda!
Nama membuat seseorang merasa diakui keberadaannya dan lebih dihargai. Dialog dengan atmosfer lebih hangat dan nyaman membuat hubungan menjadi lebih baik dan dekat. (Baca juga : Kata Terindah dan Suara Termerdu di Dunia).
Siapa yang tidak senang memiliki hubungan baik dengan banyak orang?
Namun patut diperhatikan; berhati-hatilah ketika menggunakan nama secara berlebihan. Jika kamu menyebutkan nama lawan bicara terlalu banyak dan berlebihan, kamu akan dianggap sedang berusaha memanipulasi lawan bicaramu. Selain itu, hal yang relatif sama berlaku di dunia barat. Di barat, biasanya penyebutan nama hanya dilakukan di awal, akhir, dan atau pada waktu ingin membuat lawan bicara memberikan perhatian lebih pada suatu hal saat melakukan percakapan. Penggunaan nama yang terlalu sering dalam sebuah dialog akan dianggap sedikit menjengkelkan, apalagi dengan sikap yang kurang tepat.
Terlepas dari itu semua, kita tahu bahwa kita menyukai saat nama kita disebut. Akan tetapi, acap kali kita tidak sadar untuk selalu menggunakan nama lawan bicara dalam setiap sapa atau percakapan di kehidupan sehari-hari. Setiap orang itu ada namanya, maka gunakanlah itu. Cobalah mulai menyapa orang yang kamu temui dengan namanya dan dengan aura positif. Percaya dirilah untuk mengucapkan nama teman dan lawan bicaramu karena nama adalah kata terindah dan suara termerdu yang bisa didengar oleh setiap orang.
Comments