top of page

Kapan Waktu yang Tepat untuk Sombong?

  • Writer: Friends Du Jour
    Friends Du Jour
  • Sep 22, 2016
  • 2 min read

Saat berkuliah di tahun ke-2, saya dibuat terkesima oleh pernyataan seorang mahasiswa yang bergabung di dalam satu organisasi yang juga saya ikuti bersama dengan salah seorang sahabat saya. Sejak awal pertemuan pada rapat kerja semua anggota, saya sudah dapat merasakan bahwa mahasiswa tersebut memang berbeda (dalam artian yang baik). Cara bicaranya memperlihatkan bahwa ia adalah sosok yang cerdas. Saya tidak terlalu mengenal mahasiswa ini, tetapi ia cukup kenal baik dengan sahabat saya.


"Gue nih orangnya sombong", pernyataan ini muncul ketika ia berbicara dengan sahabat saya. Pernyataan tersebut memukau saya karena dari sekian banyak adjektiva dalam bahasa Indonesia, mahasiswa ini memilih kata "sombong" sebagai kata pertama untuk mendeskripsikan dirinya. Melihat langsung caranya membawa diri di hadapan orang lain, saya tidak mendapati mahasiswa ini sebagai orang yang sombong. Ketika akhirnya ia terpilih menjadi mahasiswa berprestasi di tingkat universitas dan nasional, saya tidak merasa heran dan berpikir bahwa "kesombongannya" mungkin menjadi salah satu faktor keberhasilan ia meraih prestasi tersebut.


Saya terkadang tidak mengerti dengan cara setiap orang mendefinisikan kata sombong. Saya kerap kali mendengar orang lain menilai seseorang dengan ucapan "dia orangnya sombong". Namun, ketika bertemu langsung dengan orang yang dianggap sombong tersebut, yang saya temukan adalah sosok yang percaya diri. Sering kali seseorang menilai orang lain sombong hanya karena orang tersebut bersikap dingin ketika merespon sesuatu atau berbicara tentang sesuatu yang mungkin di luar kapasitas lawan bicaranya. Saya teringat dengan pernyataan seorang motivator Indonesia yang menyebutkan bahwa sombong adalah label yang disematkan oleh orang yang minder kepada orang yang percaya diri. Saya sepertinya setuju dengan pendapat sang motivator.


Saya merasa bahwa sombong mungkin mengandung beberapa unsur seperti pamer dan percaya diri. Menurut saya, tidak ada salahnya ketika seseorang pamer sesuatu tentang dirinya dan meluapkan rasa percaya dirinya. Akan tetapi, apabila kita membiarkan pamer dan kepercayaan diri terus-menerus mendominasi, orang lain akan merasa terganggu dan justru tidak yakin dengan kita, hingga mungkin menganggap kita tidak realistis. Sebaiknya kita menjadi "sombong" dalam situasi dan kondisi tertentu. Menurut saya, waktu terbaik untuk menjadi orang yang sombong adalah ketika kita telah berhasil mencapai suatu prestasi. Ada baiknya kita terus mengingat dan mengungkit prestasi tersebut untuk membiasakan pikiran kita bahwa semua mungkin untuk diwujudkan. Waktu berikutnya adalah ketika kita sedang dalam proses meraih atau mewujudkan sesuatu. Menjadi sombong pada tahap ini akan membuat kita terpacu dan yakin bahwa peluang mewujudkan hal tersebut akan lebih besar dan terasa lebih mudah apabila kita yakin dengan kompetensi diri sendiri.


Salah seorang rekan kerja saya mengirimkan email berisi link video yang berisi tentang kisah Steve Jobs ketika berusaha mengembangkan NEXT pascakeluar dari Apple. Menurut saya, video ini adalah salah satu contoh kapan saat yang tepat untuk kita menuangkan kesombongan dan betapa menjadi "sombong" juga berpengaruh dalam kehidupan. Selamat menyaksikan!


Comments


ARTIKEL TERBARU

ARTIKEL PILIHAN

KATEGORI

Komentar

bottom of page