top of page

Mendengarkan-lah, Bukan Mendengar

  • Writer: Friends Du Jour
    Friends Du Jour
  • Sep 15, 2016
  • 3 min read

Dunia penuh dengan suara-suara dan bunyi-bunyi. Ada yang nyaring, ada yang sumbang. Ada yang penting, ada yang tidak.



Tahukah kamu perbedaan kata “mendengarkan” dengan kata “mendengar”? Apakah artinya?


Dalam bahasa Inggris, barangkali kita sudah mengerti perbedaan “listen” dan “hear”. Dalam bahasa Prancis sekalipun, perbedaan yang sama terdapat pada verba “écouter” dan “entendre”. Sekarang, sudah dapat melihat perbedaannya?


Mendengarkan (to listen; écouter) berarti kita mendengar untuk sesuatu. Kita memiliki suatu tujuan, yaitu sesuatu yang ingin kita dengar.



Dalam kehidupan ini, belajarlah untuk MENDENGARKAN, bukan sekadar mendengar.


Alkisah ada seorang pertapa mengirimkan dua orang muridnya ke dalam hutan di gunung. Pada murid pertama, ia memintanya untuk mendengar. Kemudian sang pertapa mengirim muridnya yang lain masuk ke hutan dan memintanya untuk mendengarkan suara burung tertentu. Sepanjang hari, murid pertama berusaha mendengar suara dan bunyi apapun yang ia dengar dengan hati-hati, sedangkan murid kedua berusaha mendengarkan suara-suara burung yang diinstruksikan gurunya dengan saksama. Ketika sang pertapa memanggil keduanya keluar dari dalam hutan, murid mana yang lebih mungkin telah menangkap suara burung?


Bayangkan dua orang pekerja kerah putih diutus atasannya ke jalanan di tengah kota New York. Orang pertama diminta untuk mendengar, sedangkan orang kedua diminta untuk mendengar untuk suatu hal, yaitu suara orang berbicara dalam bahasa asing. Di tengah sibuk dan padatnya jalanan kota New York tersebut, mereka berdua berusaha melaksanakan apa yang diperintahkan oleh sang atasan. Selesai menjalankan tugas, orang manakah yang lebih mungkin kembali ke kantor dengan daftar dua puluh orang yang berbicara dua puluh bahasa asing?

Murid pertama yang dikirim pertapa pada kisah pertama mungkin mendengar suara burung yang didengarkan murid kedua. Sama halnya, pekerja kerah putih pertama juga mungkin mendengar suara orang berbicara dalam bahasa asing; bahkan lebih banyak daripada yang didapat pekerja kedua. Akan tetapi, keduanya tidak memiliki sesuatu untuk dicari. Mereka tidak memiliki tujuan khusus yang harus dicapai. Alhasil, mereka melewatkan banyak hal dan berujung hampir sama dengan tidak mendengar apa-apa.



Dalam kehidupan perkuliahan, ketika kita memutuskan untuk aktif dalam organisasi hanya sekadar untuk belajar, saya bisa katakan bahwa di akhir masa perkuliahan, kita tidak akan belajar apa-apa. Demikian pula dalam dunia kerja selepas lulus dari perguruan tinggi. Ketika kita memutuskan untuk bekerja dahulu dengan alasan sekadar “mencari pengalaman”, kita tidak akan mendapatkan pengalaman yang berarti.


COP 21 UN Climate Change Conference Simulation | Dokumentasi pribadi

Pada saat menjalani tahun-tahun perkuliahan di kampus, saya sudah berkomitmen bahwa selama di luar kelas, saya ingin aktif berorganisasi dengan dua tujuan utama: untuk merasakan bagaimana menjadi seorang pimpinan dan untuk mengasah kemampuan public speaking saya. Dengan tujuan yang tertulis 10 cm di depan mata saya tersebut (tidak 5 cm karena terkadang saya lupa atau tidak sadar), apapun yang saya lakukan di luar kelas, kegiatan apapun yang saya ikuti, semuanya secara sadar atau tidak sadar membuat saya semakin dekat dengan impian menjadi ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi dan membuat saya lebih sering berbicara di depan umum dalam berbagai kesempatan. Karena yang saya cari adalah pengalaman untuk menjadi seorang pimpinan, saya mampu merasakan kesempatan memangku beberapa jabatan tertinggi dalam beberapa organisasi dan kegiatan. “Suara kedua yang ingin saya dengarkan” adalah mengasah kemampuan berbicara di hadapan publik, maka hal itu membawa saya mampu meraih berbagai kesempatan untuk bisa berpidato dan berbicara di hadapan banyak orang. Menjadi pembawa acara dan moderator kegiatan kampus menjadi hal yang sering saya lakukan, selain mengikuti aktivitas macam debat dan MUN. Beruntungnya, karena dua tujuan yang ingin saya sasar tersebut sangat berdekatan, tidak jarang keduanya datang dalam waktu yang bersamaan. Ketika saya menjadi sekjen untuk dua acara MUN yang saya dan Lulu gagas di kampus, saya dapat berpidato pada acara pembukaan. Mengetuai klub debat fakultas sama dengan menggabungkan tujuan “menjadi pemimpin” saya dan “mengasah kemampuan berbicara” saya. Menjadi pimpinan sidang pleno juga merupakan tugas “menjadi pemimpin” dan “berbicara di depan umum”.


Semua kesempatan yang saya dapatkan dan raih selama aktif di luar kelas lebih terarah dan lebih terasa berkat tujuan awal saya sebelum “masuk ke dalam hutan” dan “melintasi jalanan kota New York”. Kalau di awal saya ingin aktif di luar kelas untuk meningkatkan kemampuan mengatur uang, barangkali saya sudah mengisi beberapa posisi bendahara atau berkontribusi dalam proyek sosial mengenai pendidikan finansial. Kalau yang ingin saya capai dari awal adalah menjadi terkenal, mungkin saja sekarang saya sudah menjadi selebgram hits. Saya tidak akan mampu merasakan perbedaan luar biasa dalam hal kemampuan memimpin dan berbicara setelah lulus dari universitas jika saya memang tidak berniat mencarinya dari awal. Oleh karena itu, belajarlah untuk mendengarkan dalam hidup. Dengarkanlah suara-suara hatimu dan gaung-gaung masa depanmu.


Comments


ARTIKEL TERBARU

ARTIKEL PILIHAN

KATEGORI

Komentar

bottom of page